Tips Ekstrim SEO
Tingkatkan kunjungan/traffic blog anda dengan cara basi, gila, alami namun terbukti sangat efektif. Hanya ada di Indonesia ...GRATIS...!!![...Selengkapnya disini...]

Jumat, 18 Desember 2009

BISNIS WARALABA : TUJUH JURUS SUKSES (2)

3. Bagaimanapun, Anda Harus Melihat Lokasi Sendiri
Pewaralaba biasanya yang menetapkan kriteria lokasi gerai waralaba. Pembeli tinggal duduk manis. Namun, pengalaman berbeda dialami Lukman Hakim, pembeli waralaba Indomaret. Saat ditawari suatu lokasi oleh Indomaret, ia tak langsung setuju. Lukman ikut mondar-mandir meninjau lokasi sampai hatinya merasa sreg. Hasilnya memuaskan. Gerai itu mencapai BEP hanya dalam waktu 24 bulan. Padahal, Indomaret saja mematok 43 bulan. Kini, Lukman sukses mengelola empat gerai Indomaret.

Survei lokasi sendiri juga dilakukan Baron Respati. Meski pemilik waralaba Kafe O La La telah memberikan panduan umum untuk memilih lokasi, toh Baron merasa perlu melakukan riset sendiri. Sebab, ia punya tiga kriteria dalam memilih lokasi, yaitu lalu lintas pengunjung, tingkat hunian di gedung, serta pengelola gedung. Berkat jitu dalam memilih lokasi, jadilah kini Baron memiliki lima gerai Kafe O La La. Ia sukses. Gerai-gerainya itu ada di Grha SCTV, Gedung Bank Permata, Gajah Mada Plaza, Wisma Mulia, dan Graha Paramita (Kuningan).

Ikut memilih lokasi sendiri juga dilakukan Jemmy. Syaratnya, gerai Bread Story-nya harus menjadi pionir alias belum ada pesaing. Kalau sudah ada, jangan harap ia mau buka gerai di sana.
Wingky Kushadi pun punya kriteria dalam memilih lokasi. Katanya, omzet terbaik jika lokasi gerai dekat dengan ATM bank. Mengapa? “Sebab, tak perlu biaya pemasaran,” kata pria 28 tahun ini sambil terbahak. Saat antrean panjang di ATM, para nasabah jadi akan melihat gerai Primagama di situ. “Jadi numpang beken,” gelaknya, lagi. Berkat pilihan lokasi yang tetap, kini, dari puluhan gerai Primagama milik Wingky, separonya telah BEP.

4. Anda Juga Butuh Dana Ekstra untuk Kesejahteraan Karyawan
Di bisnis waralaba, untuk urusan karyawan, biasanya terwaralaba tinggal merem. Semuanya sudah diatur, mulai dari pelatihan, kualitas, bahkan sampai ke gajinya. Cuma, kalau ingin sukses, Anda mesti menyiapkan dana ekstra untuk urusan SDM ini.

Itulah yang dilakukan Riza Rosalina. Maklum, dalam bisnis pendidikan, seperti SKB miliknya, kualitas SDM—khususnya tenaga pengajar—sangat menentukan. Nah, agar mereka tak tergiur pindah ke “ladang” lain, Riza mesti mengeluarkan dana ekstra untuk uang makan, kesehatan, dan bonus prestasi. Papar Riza, “Uang makan saya berikan jika mereka pulang lebih dari pukul 14.00.” Sementara urusan gaji (uang per sesi pengajaran), transportasi, dan tunjangan hari raya ditentukan oleh pewaralaba.

Cara yang sama dilakukan Wingky. Ia menambah jumlah insentif bagi para kepala cabangnya (pimpinan tertinggi di gerai waralaba Primagama). Sesuai aturan, insentif untuk kepala cabang yang berhasil menarik murid masuk Primagama adalah 1%. Nah, Wingky berinisiatif menambah menjadi 2%.

5. Jangan Abaikan Lingkungan dan Selera Lokal
Peduli dengan selera lokal dilakukan Baron Respati di setiap gerai Kafe O La La-nya. Misalnya, ia sengaja membuat tema dan perlakuan berbeda untuk setiap gerai miliknya. Gerai di Kuningan sengaja ia buat trendi, modern, dan berbau Perancis. Lalu, gerai di Wisma Mulia yang dekat rumah sakit, seluruh tampilan dibuatnya bersih. Ia pun memakai dapur berkonsep open kitchen. Sementara gerai di Bank Permata tampil dengan konsep modern, yang di Gajah Mada Plaza kental nuansa Tionghoa.

Lain lagi cerita Jemmy. Ia memilih secara selektif varian roti di Bread Story dan menyesuaikannya dengan selera lokal. Alasannya, “Antara satu kota dan kota lain, kesukaan masyarakatnya berbeda-beda.”

6. Menjadi Pembeli Pertama Jauh Lebih Baik
Banyak calon investor yang ragu menjadi pembeli pertama sebuah waralaba. Alasannya, sistemnya belum teruji dan banyak trial and error-nya. Namun, Baron Respati justru menentang arus. Ia malah bersemangat jadi pembeli pertama. “Sebab, belum ada pesaing,” celetuknya. Baron menjadi pembeli pertama waralaba Kafe O La La tahun 2000. Keuntungan lainnya, sebagai pembeli pertama, ia mendapat harga khusus.

Saat ini, paket waralaba Kafe O La La ditawarkan dengan harga Rp50 juta oleh pemiliknya. Adapun total investasi yang diperlukan untuk satu gerai mencapai Rp300—500 juta, termasuk franchise fee.

Riza juga menjadi pembeli pertama waralaba SKB dari Grup Gramedia. Apa keuntungannya? Selain memperoleh potongan harga untuk franchise fee, ia pun mendapatkan pengajar terbaik hasil pelatihan dari pemilik waralaba. “Para pengajarnya mereka persiapkan betul,” ungkap Riza, yang masih tetap berpraktek sebagai dokter gigi di daerah Tanah Kusir, Jakarta. Selain itu, banyak hal yang bisa dinegosiasikan secara terbuka dengan pewaralaba. Ini karena mereka pun ingin terwaralabanya sukses.

7. Menyisihkan Waktu Itu Penting
Membeli sebuah waralaba bukan berarti pembelinya tinggal ongkang-ongkang dan semuanya akan berjalan sendiri. Kalau mau sukses, terwaralaba harus mau menyisihkan waktu untuk memantau gerainya. Ini dilakoni terwaralaba Indomaret, Asep Gosiman. Bahkan, Asep mengaku merasa nikmat jika berada di gerainya dan tetap mengawasi pegawainya. Manfaatnya? “Kalau ada yang keliru bisa langsung dibenahi,” katanya, gamblang. Contohnya, melihat pegawainya mahal senyum saat melayani pembeli, Asep bisa langsung menegur.

Lain lagi cerita Wingky. Selama tiga bulan pertama, ia rajin menunggui gerai Primagama-nya. Kini, setelah yakin segalanya berjalan baik, Wingky cukup berkomunikasi dengan para kepala cabangnya.
Kalau Baron, ia memang menyiapkan waktu khusus untuk mengunjungi lima gerainya setiap hari. Ia memantau langsung perkembangan omzetnya, sehingga jika terjadi penurunan ia bisa langsung segera melakukan perbaikan. Selain itu, ungkap Baron, ia jadi lebih cepat tahu keluhan pelanggan.

Jadi, tak ada cara mudah untuk sukses. Tapi teruslah berjuang dan berjuang.(Tamat)


Sumber : wartaekonomi.com |Pramono 'Pakde' Dewo


Comments :

0 komentar to “BISNIS WARALABA : TUJUH JURUS SUKSES (2)”

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda tentang artikel diatas!

Get your account:

Photobucket
Photobucket
 

Copyright © 2009 by Swamitra Mandiri