Tips Ekstrim SEO
Tingkatkan kunjungan/traffic blog anda dengan cara basi, gila, alami namun terbukti sangat efektif. Hanya ada di Indonesia ...GRATIS...!!![...Selengkapnya disini...]

Senin, 14 Desember 2009

BISNIS WARALABA : TUJUH JURUS SUKSES (1)

Persaingan kian sengit. Wajah bisnis kian tak ramah. Maka, kendati Anda membeli suatu waralaba, yang mengklaim sistemnya siap pakai, kalau mau sukses, jangan terlena dan cuma duduk ongkang-ongkang. Ikuti pengalaman terwaralaba yang sukses.

Lina, seorang pelanggan salon waralaba, tampak kesal. Kunjungan pertama ke salon yang menurut brosurnya mengutamakan layanan berkualitas profesional ini sungguh mengecewakan. Sebab, tak hanya proses pemijatan di kepala yang terasa terlalu keras dan cepat selesai, malah bajunya pun basah kena air saat rambutnya dicuci. Dalam hati ia mengumpati pegawai yang tidak profesional, seperti pria yang tadi melayaninya itu

Lina tak sendirian. Pakar waralaba Amir Karamoy pun mengaku menerima banyak keluhan dari para pembeli waralaba (terwaralaba) salon soal kualitas SDM-nya. Padahal, mereka telah mengikuti pelatihan dari pewaralaba. “Merekrut SDM untuk salon memang tak mudah,” ungkap Amir. Itu sebabnya, lanjut dia, para calon terwaralaba mesti menyiapkan diri menghadapi hal-hal yang tak terduga.

Selain itu, untuk sukses berbisnis waralaba, terwaralaba sebaiknya jangan hanya ikut aturan yang dibuat pewaralaba. Persaingan kian sengit. Rumus standar tak lagi memadai jika terwaralaba ingin sukses. Mereka harus mau melakukan upaya ekstra. Apa saja? Sejumlah terwaralaba—Riza Rosalina, Jemmy, Baron Respati, Wingky W. Kushadi, Asep Gosiman, dan Lukman Hakim—ternyata mau berbagi kiat suksesnya.

1. Jangan Takut Keluar dari Aturan Baku Sistem yang baku
Itulah yang biasa ditawarkan para pewaralaba kepada para pembelinya. Namun, ada baiknya terwaralaba mencoba untuk berkreasi. Inilah yang dilakukan Riza Rosalina, yang membeli waralaba Sanggar Kreativitas Bobo (SKB) dari Grup Gramedia, tahun 2000 lalu. Dalam paket itu, SKB menyajikan metode pengajaran yang terlalu konvensional.

Merasa kurang sreg, dokter gigi ini pun melakukan modifikasi. Ia menerapkan metode active learning. Kebetulan, seorang kawannya sukses menerapkan metode ini di lembaga pendidikan yang dikelolanya. Agar metodenya berjalan baik, Riza pun bersikeras memakai ruangan yang lebih luas, melebihi yang diatur dalam perjanjian waralaba.

Pengalaman pribadi Riza, 43, juga mendukung perlunya modifikasi. Anaknya kebetulan bersekolah di sebuah sekolah swasta di Cibubur yang menerapkan metode active learning.
Sebelum menerapkan metode itu, Riza membuka banyak buku psikologi tentang anak. Ia juga rajin ikut seminar yang membahas soal kepribadian anak. “Saya tak ingin sekadar menjalankan bisnis. Saya harus tahu perkembangan setiap anak didik,” ujar ibu dua anak ini.

Riza boleh bersyukur. Kini, hampir semua dari 17 SKB-nya menerapkan metode active learning, termasuk yang ada di Jl. Pondok Betung Raya No. 48, Bintaro, Tangerang. Patut dicatat, Riza menjadi satu-satunya pembeli waralaba SKB angkatan pertama yang sukses. Dua lainnya keburu gulung tikar.

2. Siapkan Dana Ekstra untuk Promosi
Promosi, entah berupa spanduk, umbul-umbul, baliho, brosur, buletin, atau iklan radio, biasanya sudah diatur dalam perjanjian. Begitu juga besarnya anggaran. Namun, Jemmy tak mau ikut aturan itu. Pembeli waralaba Bread Story ini bersikeras mengeluarkan dana ekstra untuk promosi. Alasannya, ini gerai pertama. Jadi, pasti butuh usaha ekstra untuk menarik perhatian pengunjung. Dan, untuk itu, Jemmy tak mau melulu mengandalkan promosi dari pewaralaba.

Lalu, apa bentuk promosi yang digelar pria yang berdomisili di Surabaya ini? Ia membuat pertunjukan musik dan bahkan badut untuk pembukaan gerai pertamanya di Malang Town Square. Dampaknya cukup menggembirakan. Sebagai pembeli pertama waralaba Bread Story, ia berhasil mencapai break-even point (BEP) sesuai yang dijanjikan pewaralaba.
Sukses itu membuatnya tancap gas. Ia langsung membuka gerai kedua di Plaza Marina, Surabaya, dan tahun ini berharap bisa membuka tiga gerai Bread Story lagi di Surabaya.

Dana ekstra untuk promosi juga dikeluarkan Wingky Waluyo Kushadi, pembeli waralaba kursus pendidikan Primagama. Untuk menarik minat siswa ke lembaga kursusnya, ia memberikan kupon undian kepada mereka yang membayar tunai di muka. Kupon itu diundi pada akhir tahun. Hadiahnya: sepeda motor dan komputer.

Dana promosi juga ia cadangkan untuk memberikan garansi uang kembali 80% jika murid Primagama tidak lulus ujian akhir nasional. Ada catatan di sini, sang murid ini punya angka kehadiran 80% di kelas. “Kami mulai menerapkannya tahun 2004,” ungkap Wingky. Itu berarti setahun sesudah ia membeli waralaba Primagama.


(bersambung)

Sumber : (wartaekonomi.com) | Pramono 'Pakde' Dewo

Comments :

0 komentar to “BISNIS WARALABA : TUJUH JURUS SUKSES (1)”

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda tentang artikel diatas!

Get your account:

Photobucket
Photobucket
 

Copyright © 2009 by Swamitra Mandiri