Tips Ekstrim SEO
Tingkatkan kunjungan/traffic blog anda dengan cara basi, gila, alami namun terbukti sangat efektif. Hanya ada di Indonesia ...GRATIS...!!![...Selengkapnya disini...]

Selasa, 25 Agustus 2009

Mulailah Kisah Anda Sendiri, Baik Kegagalan dan Kesuksesan!

Dalam beberapa topik dari blog ini banyak menampilkan kisah-kisah sukses dari para pengusaha entah nasional atau internasional dalam membangun bisnis mereka, saya pribadi pun menyukai dan banyak belajar dari kisah-kisah mereka dalam merintis bisnis yang jatuh bangun, tetapi dilain pihak kalau kita tidak peka, kadang-kadang kisah-kisah sukses mereka bisa membuat kita minder, dan bertanya, " Apakah kita bisa seperti mereka ? " atau pertanyaan lain, " Kalau semua bisa seperti mereka lalu kenapa banyak yang tidak berhasil ..? "

Oleh karena itu, saya menganjurkan kepada anda semua yang telah berani mengambil keputusan untuk terjun menjadi pengusaha, berapapun besar skala bisnis yang anda bangun, apapun jenis bisnis yang anda rintis, dimanapun lokasi bisnis anda berada, untuk berani membuat kisah anda sendiri dalam memulai, merintis, jatuh bangun bisnis anda sendiri sampai hari ini. Maksud saya bukanlah menyarankan anda menjadi seorang "narsis" atau ingin menyombongkan keberhasilan anda, atau agar anda merasa sejajar dengan para pengusaha sukses yang terkenal, tetapi terlebih agar kisah anda bisa menjadi bahan perenungan, analisis dan pembelajaran anda sendiri, entah kisah yang anda ceritakan mungkin masih berisi kegagalan, belum ada kisah sukses ! Disamping itu sukur-sukur kisah anda bisa bermanfaat bagi orang lain yang membaca atau mengetahuinya !

Justru dengan berani mengungkapkan kisah anda, saya yakin kreatifitas dan ide-ide baru akan muncul, entah untuk memperbaiki kegagalan atau menyempurnakan kesuksesan yang telah ada. Munculnya Kreatifitas dan ide-ide bisa dari anda sendiri, atau teman-teman anda yang membacanya seperti dalam blog ini.

Saya pribadi, pada tahun 2005, diusia yang ke-36 akhirnya berani mengambil keputusan untuk keluar dari "zona" nyaman sebagai professional dari satu perusahaan kelas menengah, yang pada waktu itu menjadi asisten direktur, dimana direkturnya adalah juga pemilik perusahaan tersebut.

Dengan partner seorang yang memiliki dana tetapi tidak memiliki keahlian, sementara saya memiliki keahlian, tetapi tidak memiliki dana, akhirnya saya memutuskan untuk memulai bisnis sejenis dengan tempat kerja saya, karena merasa yakin bahwa selain bisnis tersebut sangat berpeluang, tidak terpengaruh terhadap situasi perekonomian, dan terlebih lagi saya yakin dengan kemampuan saya sendiri, karena di perusahaan saya bekerja, banyak kebijakan dan strategi yang diambil merupakan hasil pemikiran dan ide-ide saya.

Setelah sepakat dengan investor yang menjadi partner, jumlah gaji yang akan saya terima, berikut bagian laba bersih 20 % setelah dikurangi untuk karyawan sebesar 10 %, dengan perjanjian, bahwa dalam 6 bulan telah BEP, dan 6 bulan kemudian telah menghasilkan laba bersih, tetapi apabila dalam 1 tahun tersebut rugi terus menerus, setelah 6 bulan pra operasi maka gaji yang saya terima akan dikurangi sekian puluh persen, dan apabila 6 bulan kemudian masih rugi, maka perusahaan akan ditutup dan saya harus mengundurkan diri tanpa pesangon, tetapi thd karyawan saya meminta agar tetap diberikan pesangon sebagai hak mereka, yang akhirnya disetujui.

Pada waktu menerima tawaran tsb, saya sebenarnya mengambil resiko, karena pada waktu itu, istri saya walaupun bekerja gaji yang diperoleh tidak akan mencukupi biaya hidup kami, seandainya bisnis yang saya bangun gagal dan saya mengangur untuk sementara waktu...

Dengan strategi, pembuatan laporan keungan yang baik, rekrutmen karyawan yang berpengalaman [ kebanyakan dari mereka adalah staff saya dr perusahaan sebelumnya ], pada awal tahun 2005 kami memulai bisnis dengan membuka 3 cabang, hanya 1 bulan kami rugi, bulan berikutnya telah mengalami keuntungan bersih yang terus meningkat, 4 bulan kemudian kami membuka cabang ke-4 dari hasil laba, dan setahun kemudiaan membuka cabang ke-5.

Di tahun 2006 datang bencana, dimana salah satu cabang kami mengalami penipuan "white collars crime" senilai hampir 800 juta rupiah, karena kelalaian staff kami dalam melaksanakan SOP. Di pertengahan tahun 2007, terjadi lagi kerugian, kali ini dikarenakan salah satu staff kami melakukan spekulasi atas transaksi yang saya setujui terhadap salah satu pelanggan kami yang bonafide, dan yang mana hal ini juga telah saya informasikan kepada investor yang nota bene merupakan pemilik. kerugian di pertengahan tahun 2007 sangatlah besar karena berkisar 3 milyar rupiah, dimana hampir 70 % modal kerja perusahaan habis ! Kerugian sebesar ini bisa dicegah, kalau waktu itu saya berani membuat departemen internal audit, yang terpisah dan tidak dirangkap oleh bagian accounting. karena kelalaian bagian accounting melakukan audit mingguan selama sebulan, akhirnya kepala cabang yang merupakan staff yang sangat saya percayai, melakukan manipulasi atas laporan keuangan yang dikirim setiap hari.

Kedua peristiwa ini merupakan pelajaran pahit buat saya, terutama kerugian di tahun 2007, dan pada akhirnya, pemilik atau partner saya yang juga investor, ringkasnya setelah berusaha menyelesaikan kasus tersebut yang menyangkut kepala cabang dan juga pelanggan tanpa hasil dengan tidak melibatkan saya, pada pertengahan tahun 2008, saya diminta olehnya untuk mengundurkan diri dari perusahaan, walaupun pada saat itu saya tekankan bahwa kerugian adalah resiko yang harus dihadapi, yang penting bagaimana dengan strategi kita agar kerugian tersebut bisa cepat ditutup, yang mana pada waktu itu partner saya untuk menambal kekurangan modal kerja meminta tambahan atau pinjaman kepada pihak keluarganya yang memang dari keluarga yang kaya, terutama dari warisan orang tua.

Pelajaran kedua yang pahit saya terima, yaitu dimana agar setiap perjanjian bisnis apabila kita membangun usaha berdasarkan kesepakatan dengan orang-orang lain, hendaknya dituangkan dengan sah secara notarial sehingga mempunyai kekuatan hukum yang legal, disamping juga penjelasan yang terinci mengenai hak dan kewajiban, karena hal ini saya tidak lakukan, karena perjanjian antara saya dengan investor tsb hanya dalam 2 lembar kertas dan tidak perperinci sehingga bias dan multi tafsir.

Akhirnya saya menerima permintaan pengunduran diri dengan berat hati dan juga harga diri. disamping perasaan stress dan hati yang hancur. Lebih dari 6 bulan saya menganggur, dan puji Tuhan, pada saat saya menganggur, istri saya di kantor mengalami peningkatan karir yang pesat yang mana juga diiringi dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga bisa mencukupi biaya hidup kami sekeluarga.

Pada saat itu, walaupun ada beberapa tawaran dari investor lain untuk membuka usaha sejenis, entah teman kuliah, entah client istri saya yang mengetahui keahilan saya dalam bidang bisnis tersebut, karena trauma, saya enggan untuk membangun bisnis baru dengan investor baru, sehingga terpikir untuk kembali ke dunia kerja, dan pada saat itu sialnya krisis finansial global mulai melanda dunia termasuk indonesia, sehingga beberapa tawaran pekerjaan yang menarik dan hampir jadi, akhirnya ditunda, dengan alasan situasi ekonomi yang masih belum menentu sementara gaji yang saya minta memang cukup besar.

Selama menganggur sampai Desember 2008, dengan melakukan penghematan, aktivitas saya hanya mengantar dan menjemput anak sekolah, menemaninya belajar dan bermain, serta ini yang terpenting, mendekatkan diri kepada Tuhan, agar saya tidak stress dan gila atas kondisi tersebut, karena bagaimanapun, saya adalahs seorang ayah dan suami yang seharusnya bertanggung jawab atas keperluan rumah tangga, sementara untuk saat itu istri saya yang menanggung semuanya. Thanks to my wife, you are the great wife that my love never die !

Sekitar hari Natal tahun 2008, tiba-tiba adik saya menelpon, dan mengajak saya untuk membantu bisnis yang telah dia bangun dari 2004. untuk menindak lanjutinya akhirnya kami bertemu di salah satu mal. Pada saat itu saya hanya bertanya apa motivasi mengajak saya untuk membantu bisnisnya ? apa karena kasihan sama kakaknya yang nganggur, atau memang punya tujuan lain ? Karena dengan terus terang saya bilang kepadanya kalau karena kasihan mendingan jangan, karena kakak kamu tidak perlu dikasihani oleh kamu, kecuali Tuhan dan lagian pula saat itu saya dalam proses untuk mencoba bisnis website sesuai dengan hobby saya, karena di bulan Desember tersebut saya tengah membuat suatu program web yang akan menjadi bisnis percobaan saya. Tetapi kalau motivasinya diluar itu, saya akan analisis dulu, apakah saya mampu atau tidak !

Setelah adik saya mengatakan bahwa motivasinya bukan karena kasihan, tetapi lebih untuk memajukan usaha yang dibagun untuk menjadi nomor 1, karena menurut penilaian dia sendiri, sekarang dia berada di nomor 3 dalam usaha yang dibangun, dan merasa bahwa saya, adalah orang yang tepat.
Saya ingat kata-kata adik saya, " Daripada koko bikin kaya orang lain, kenapa tidak bikin kaya usaha adik sendiri, toh kita bersaudara, senang dan duka bisa kita lalui bersama, saya yakin koko pasti bisa membantu saya untuk mencapai visi tersebut. "

Setelah merenung dan mendiskusikan dengan istri, akhirnya saya menerima tawaran dari adik saya untuk membantu usaha yang telah dibangunya, lebih tepat usaha atau bisnis kaeluarga. Karena usaha yang dipegang oleh adik saya, tadinya hanyalah satu perusahaan yang kesulitan likuiditas, yang dibeli oleh paman saya dengan nilai puluhan juta rupiah, setelah disuntik modal puluhan juta rupiah, kemudian adik saya masuk untuk mengambil alih kepemimpinan usaha tersebut. Di tahun 2004, dengan modal kerja 60 juta rupiah, dilalui adik saya dengan jatuh bangun dan saya ingat pada tahun 2005 sampai 2006, dia sering meminjam uang kepada saya karena kesulitan cash flow, pada tahun 2005 saya juga memberikan modal tambahan beberapa puluh juta, fantastisnya, saya ingat, pada akhir 2007, ketika adik saya meminta dipasangkan software accounting, total equity yang tadinya hanya 100 jutaan, telah meningkat menjadi sekitar 500 jutaan, dan pada akhir 2008 ketika saya mulai mengembangkan usahanya di bulan januari 2009. modal sendiri telah meningkat menjadi hampir 1 milyar.

Dimulai januari 2009, saya mulai mengembangkan bisnis yang telah dirintis adik saya, menilik laporan laba rugi, dan melihat bahwa net profit margin hanya di kisaran 9 %, kemudian saya menganilis kemungkinan untuk meningkatkan net profit margin pada semua produk. Dan pada saat itu memang kesulitan enterpreneur seperti kami, adalah masalah modal kerja, karena laba yang diperoleh selalu menjadi kejar-kejaran antara hutang-piutang dan inventory. Sehingga untuk mengembangkan usaha diperlukan suntikan dana dari luar.

Pada saat itu kami mengajukan kredit ke bank pemerintah, tetapi kesulitan dalam masalah dokumen yang menyangkut tanah dan bangunan pabrik yang kami sewa, sehingga bank tidak bisa memberikan kredit. Sehingga untuk mengatasi kekurangan modal dalam berinvenstasi, saya setelah menganalisis kemungkinan laba dari modal yang dipinjam, memberanikan meminjam dari bank gelap atau rentenir yang juga teman saya, dengan tingkat bunga 4 % sebulan untuk jumlah beberapa ratus juta. untungnya karena kami berteman baik dan proposal yang saya ajukan dia yakin, teman saya tidak meminta jaminan, seperti kepada orang lain, disamping menurutnya, kalau orang lain dia pasti kenakan bunga 6-7 % !

Dari bulan Februari sampai maret dana yang diterima kami investasikan untuk membuat produk-produk, yang selama ini kami beli dari perusahaan lain, untuk meningkatkan margin laba, kalau membeli, margin laba hanya 5-10 %, maka dengan membuat sendiri maka margin laba meningkat menjadi 20-25 %. Puji Tuhan, modal yang kami pinjam dari bank gelap dengan bunga tinggi ternyata bisa kami bayar, walaupun belum kami lunasi mengingat kebutuhan modal kerja yang sangat besar.

Di bulan Mei, ketika melihat kebutuhan modal kerja yang semakin besar yang disebabkan semakin banyak produk yang kami buat sendiri, mengingat meminjam pada bank gelap, bunga saat tinggi, membuat saya mencari alternatif pinjaman ke bank swasta dengan menjaminkan rumah. Akhirnya Di bulan Juni kami menemukan bank swasta yang bersedia memberikan pinjaman tanpa mempermasalahkan kendala sebelumnya dari bank pemerintah.

Per akhir Juni, net profit margin telah meningkat rata-rata menjadi 17 %, dan pertubuhan penjualan rata-rata 20 %, saya yakin bahwa bisnis yang kami kembangkan masih bisa terus tumbuh, karena setelah saya amati dengan seksama, banyak produk yang bisa kami kembangkan lagi dan juga divisi usaha yang bisa kami dirikan, yang terpenting adalah Kreatifitas dan semangat...

Banyak perbaikan yang kami lakukan, terutama dalam sistem produksi untuk mengukur tingkat efisiensi pemakaian bahan, dan produktifitas upah kerja dengan sistem borongan. Perbaikan sistem penggajian dan numerasi karyawan, karena dibanding pesaing kami, perusahaan kami berani menanggung biaya kesehatan karyawan berikut keluarganya termasuk biaya perawatan rumah sakit !

Satu pelajaran yang saya petik, bahwa dibidang usaha manapun, walaupun tanpa pengalaman pada bidang usaha tersebut, bisa kita terjuni asal memiliki semangat, keingin tahuan, kreatifitas dan kerja keras ! Gagal dalam bidang satu usaha belum tentun gagal dalam bidang usaha lain yang berbeda ! Jadi buat saya memang benar kata-kata adik saya, " Buat apa koko bikin kaya orang atau perusahaan lain, mendingan perusahaan keluarga sendiri, toh hasil kita nikmati bersama, kerugian juga kita tanggung bersama.."

Ini Kisah saya, bagaimana kisah anda ?????
Semoga kisah saya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Kiriman 1
Anton Leonard J menulispada 05 Agustus 2009 jam 5:02


Comments :

0 komentar to “Mulailah Kisah Anda Sendiri, Baik Kegagalan dan Kesuksesan!”

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda tentang artikel diatas!

Get your account:

Photobucket
Photobucket
 

Copyright © 2009 by Swamitra Mandiri